Komisi III DPRD Majalengka Temukan Proyek SDA Tak Sesuai Harapan, Pengawas Dinilai Kurang Kompeten
0 menit baca
![]() |
| Iing Misbahudin dikantornya memaparkan hasil temuan dalam sidak beberapa hari yang lalu. (Foto: Eko) |
Majalengka, Inet99.id – Komisi III DPRD Kabupaten Majalengka melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah proyek Sumber Daya Air (SDA) yang dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR). Hasilnya, para anggota dewan menemukan sejumlah pekerjaan yang dinilai belum sesuai standar kualitas.
Ketua Komisi III DPRD Majalengka, Iing Misbahudin, mengatakan sebagian besar proyek yang mereka tinjau masih jauh dari harapan. Ia menyoroti kualitas material yang digunakan hingga hasil akhir pengerjaan yang tidak memuaskan.
“Secara umum, dari sekian banyak sampel yang kami sidak, hasilnya masih jauh dari yang diharapkan. Mulai dari material yang kurang bagus, mungkin pasirnya jelek atau komposisi semennya yang tidak sesuai,” ujar Iing saat ditemui di kantornya, Kamis (6/11/2025).
Kinerja Pengawas Proyek Jadi Sorotan
Dalam sidak tersebut, Komisi III juga menyoroti lemahnya fungsi pengawasan di lapangan. Meski pengawas proyek masih terlihat aktif di lokasi, Iing menilai kinerja mereka belum maksimal.
Menurutnya, alasan yang disampaikan Dinas PUTR soal keterbatasan sumber daya manusia (SDM) pengawas sudah terlalu klasik. Ia menilai persoalan sebenarnya terletak pada kemampuan atau kompetensi pengawas itu sendiri.
“Masalahnya bukan kurang pengawas, tapi kurang kompetensi. Kadang pengawas ada tapi tidak berfungsi. Sudah tahu ada kesalahan, tapi dibiarkan. Harusnya kalau ada yang salah langsung dihentikan,” tegasnya.
Temuan di Proyek Revitalisasi Sekolah
Tak hanya proyek infrastruktur sumber daya air, Komisi III juga melakukan sidak ke sejumlah proyek revitalisasi sekolah di bawah Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka. Salah satunya di SMPN 2 Talaga.
Di lokasi tersebut, tim menemukan penggunaan bahan atap yang tidak sesuai dengan anjuran Bupati Majalengka, Eman Suherman, yang sebelumnya meminta agar proyek pembangunan sekolah memanfaatkan produk lokal seperti genteng tanah liat dari Jatiwangi.
“Untuk rangka baja ringan, seharusnya bisa menggunakan genteng plentong lokal. Tidak harus pakai genteng rando. Itu yang kami sampaikan agar diganti,” kata Iing.
Proyek di Bantarujeg Dapat Apresiasi
Meski banyak catatan di lapangan, Iing juga memberikan apresiasi terhadap proyek di SMPN 2 Bantarujeg. Menurutnya, pihak pelaksana telah menunjukkan itikad baik dengan mengganti material atap dari genteng rando menjadi genteng lokal plentong.
Langkah itu dianggap sejalan dengan semangat pemerintah daerah untuk mendorong penggunaan produk lokal dalam proyek pembangunan.
Akan Bandingkan Hasil Swakelola dan Kontraktor
Lebih lanjut, Iing menjelaskan bahwa proyek revitalisasi sekolah tersebut merupakan bagian dari program nasional Presiden Prabowo. Pelaksanaannya dilakukan dengan dua sistem, yaitu secara swakelola dan melalui pihak ketiga (kontraktor).
“Dalam sidak ini kami ingin melihat dan membandingkan mana yang hasilnya lebih baik, apakah proyek yang dikerjakan secara swakelola atau oleh kontraktor,” ujarnya menutup.
Pewarta •Eko Widiantoro
