Mahasiswa Indonesia di Belanda Meninggal Saat Dampingi Kunjungan Pejabat RI di Wina, PPI Belanda Lontarkan Tuntutan
0 menit baca
INET99.ID - Duka mendalam menyelimuti komunitas pelajar Indonesia di Eropa. Seorang mahasiswa asal Indonesia yang sedang menempuh studi di Hanzehogeschool Groningen, Belanda, Muhammad Athaya Helmi Nasution, meninggal dunia di Wina, Austria, pada Rabu (27/8/2025). Almarhum wafat saat tengah bertugas mendampingi rombongan pejabat Indonesia dalam rangkaian kunjungan kerja.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!
Berdasarkan laporan sejumlah media nasional seperti Tirto, Metrotvnews, Kontan, hingga Kumparan, hasil otopsi forensik di Austria menyebut penyebab kematian Athaya terkait suspected seizure akibat heatstroke (sengatan panas) yang dipicu kombinasi kelelahan, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan hipoglikemia. Kondisi tersebut memicu stroke yang merenggut nyawanya.
Kunjungan yang dipandu almarhum merupakan kegiatan tertutup pejabat publik, termasuk anggota DPR, OJK, dan Bank Indonesia, yang berlangsung pada 25–27 Agustus 2025. Namun, wafatnya Athaya justru menimbulkan sorotan tajam dari kalangan pelajar Indonesia di Belanda.
PPI Belanda Lontarkan Kritik Tajam
Dalam pernyataan resmi, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda mengecam keras pihak Event Organizer (EO) dan Liaison Officer (LO) yang dianggap lalai memberikan perlindungan dan transparansi. PPI menilai, meski Athaya meninggal saat bertugas, acara tetap berjalan dan pihak keluarga maupun rekan tidak mendapat pertanggungjawaban memadai.
PPI Belanda menegaskan delapan tuntutan, di antaranya penolakan terhadap pelibatan mahasiswa dalam memfasilitasi kunjungan pejabat publik tanpa kontrak resmi, mekanisme perlindungan hukum, serta transparansi penuh dari pihak penyelenggara dan KBRI. Selain itu, mereka juga mendorong PPI Dunia untuk mempercepat pembahasan RUU Perlindungan Pelajar agar kejadian serupa tidak terulang.
“Kami mendesak agar mahasiswa Indonesia tidak lagi dijadikan fasilitator dalam kegiatan resmi pejabat tanpa ada perlindungan yang jelas. Kejadian ini menjadi pengingat bahwa keselamatan mahasiswa harus menjadi prioritas,” tulis pernyataan PPI Belanda yang dikutip dari Kumparan dan Tirto.
Respons Pemerintah Indonesia
Kementerian Luar Negeri melalui Direktur Perlindungan WNI, Judha Nugraha, menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas wafatnya Athaya. Kemlu memastikan bahwa KBRI Wina telah memberikan pendampingan penuh, termasuk koordinasi dengan otoritas setempat, pemulasaran jenazah, serta pengurusan dokumen untuk pemulangan almarhum ke tanah air pada 4 September 2025.
Meski demikian, pihak Kemlu menyebut masih melakukan pendalaman terkait insiden tersebut. Hingga kini, belum ada laporan mengenai investigasi resmi atau langkah konkret lain yang diambil terhadap penyelenggara maupun pejabat yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
Momentum Perlindungan Pelajar
Kematian Athaya memicu perbincangan luas, tidak hanya di kalangan pelajar Indonesia di Eropa, tetapi juga publik di tanah air. Kasus ini dianggap sebagai momentum untuk mempertegas perlindungan mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri, sekaligus mencegah praktik pemanfaatan mahasiswa sebagai tenaga kerja gratis dalam kegiatan kenegaraan tanpa perlindungan yang layak.
Tragedi ini menyisakan duka mendalam, sekaligus menjadi pengingat pentingnya kehadiran negara dalam melindungi warganya, di mana pun mereka berada.
Sumber : updateusantara